Agama Jadi Alat Politik?



 Indonesia tercatat sebagai mayoritas Muslim. Baik muslim aliran keras maupun yang lembut. Aliran keras ini adalah muslim-muslim fanatic yang menginginkan pemimpin pemerintahan atau pemimpin dalam suatu instansi masyarakat Indonesia haruslah muslim juga. Sebut saja contoh sang raja dangdut sekaligus seorang haji, Rhoma Irama. Beliau ternyata akan mencalonkan diri sebagai calon presiden di tahun 2014 mendatang.

 Mengapa Agama dapat dijadikan alat politik? Bang Rhoma Irama ternyata berkampanye atau berpidato tentang pencalonan dirinya di sebuah Masjid. Alasannya adalah ia ingin umat islam agar memilih pemimpin yang seagama dan sepemikiran seperti dirinya, ia sangat menentang pemimpin non-muslim, dan ternyata dalam pidatonya di masjid itu, terucap juga kata yang cenderung rasialis.

Kita Negara Indonesia memang mayoritas penduduknya beragama muslim, tapi apakah itu berarti kita adalah Negara jiran seperti arab? Jawabannya adalah tidak! Kita Negara Indonesia adalah Negara demokrasi , yang menjunjung tinggi sila-sila dalam penjasila sebagai pedoman hukum tertinggi di Negara ini. Kita juga mengakui perbedaan agama, dan membebaskan masyarakat untuk menganut agama yang dipercayainya. Nasionalisme sangat diperlukan di Indonesia.

Ingat, ketika kitaa dijajah dulu, para pahlawan yang berkorban demi kemerdekaan indonesia terdiri dari yang muslim juga non-muslim. Sayangnya kesadaran nasionalisme dan kebersamaan kita begitu rendah sehingga mudah sekali terkena system Devide et impera.

Dalam kesempatan di Wonosobo Gus Dur mengatakan, jika kaum muslimin mencampur adukan agama dan politik nantinya akan banyak yang yang menilai bahwa Islam itu agama yang kaku dan seolah-olah tertutup. Padahal sesungguhnya Islam itu mempunyai sifat yang terbuka dan menerima padangan dari luar.

Presiden Republik Indonesia KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur),mengatakan, selama ini Islam berkembang baik di Indonesia karena Islam dipakai untuk hal-hal yang baik. Karena itu tak sepantasnya kaum muslimin memakai agama sebagai alat politik.

Menurut Presiden, jika agama dibawa-bawa dalam politik maka masalah itu akhirnya tak akan selesai. "Kalau partai itu berlandaskan agama itu tak ada salahnya, tetapi hendaknya azas agama tak dibawa dalam praktek politik praktis," ujar Gus Dur dalam amanat singkat yang disampaikan di hadapan santri Pondok Pesantren Tanfidzil Qur'an (PPT) Al Asy'ariyah Kalibeber, Wonosobo Kamis (31/8).


Ditegaskan oleh Gus Dur bahwa Islam tidak hanya mengambil pandangan dan filosofi orang Arab saja tetapi Islam juga merangkum semua pandangan yang berasal dari luar termasuk sejumlah pandangan Aristoteles yang hidup 1200 tahun sebelum Islam lahir. Untuk itu, Gus Dur berpesan agar para ulama tak bersifat kaku dalam mengajarkan agama.
 Apa yang dimaksud Gusdur dengan para ulama agar tidak bersifat kaku dalam mengajarkan agama? maksudnya adalah ulama yang memfanatikan umatnya agar tidak mau toleran dan tidak mau menerima pandangan yang berasal dari luar. Kasarnya, seolah-olah mengajarkan haanya islam yang paling benar dan mengkafir-kan semua pandangan diluar islam.

 Contoh ironis yang memperkuat fakta bahwa kita bangsa Indonesia sangat rendah akan kesadaran nasionalisme dan kebersamaannya adalah, ketika ada demo yang menolak adanya sumpah pemuda, dan menginginkan Indonesia sebagai Negara agama seperti layaknya Negara Jiran. Sungguh tidak menghargai jasa para pahlawan dan egoism tinggi. Arab dan Indonesia tentu berbeda budaya dan sejarahnya, kenapa kau menjual identitas diri dan tanah air untuk fanatisme agama sekelompok orang saja? Agama islam di Indonesia sungguh kasihan, dijadikan alat politik.

Alasan para calon politisi yang menjunjung pemimpin islam itu salah. Harus diubah cara pandangnya. Karena agama tidak menjamin kemurnian diri seseorang. Buktinya para pemimpin islam yang meyoritas kini duduk dipemerintahan, kebanyakan adalah koruptor ulung. Pemimpin bisa siapa saja, dari rass mana saja, menganut agama apa saja, dan memiliki ideology yang berbeda, asalakan ia bertanggung jawab dalam melakukan pekerjaannya di pemerintahan, peduli pada rakyatnya, dan memimpin secara tegas dan adil.

 Hati-hati dengan para calon politisi yang akan menjabat pada pemerintah, namun menipu rakyat dengan memakai agama. Agama itu pedoman cara berelasi baik dengan sesama dan dengan tuhan. Kalau fanatisme agama suda jelas melanggar pedoman (agama) tersebut, karena mengekslusifkan relasi kelompok tertentu saja walaupun relasi dengan tuhannya ada. Entah karena pendidkan Indonesia tidak mencakup semua warga Negara, yang ‘melek’ akan keadaan politik negaranya tergolong tidak banyak, sehingga mereka bisa diiming-iming dengan uang, fanatisme agama, dan etnosentrisme kelompok mayoritas.

 Jangan jadikan agama sebagai alat politik! Buka mata kita dan jangan menjadi seorang fanatic agama yang terbutakan matanya. Jadilah bijaksana dan peduli dengan lingkungan dan orang lain, dan ambil sikap dan keputusan yang adil dan dan menjunjung tinggi persamaan hak dan kewajiban masyarakat sebagai warga Indonesia. Semoga dengan posting ini, rakyat indonesia dapat dibukakan mata politiknya sehingga tidak terjebak dalam keragaman/ pluralisme, namun bisa bersikap lebih pintar dalam tindakan dan pemikiran dalam konteks bernegara.

Salam, Politisi misterius.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Negeri Ini Butuh Pemimpin Muda Berjiwa Pejuang

Kenapa agama harus dipisahkan dari politik?